Cabang Jawa Tengah dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) mengatakan bahwa permintaan untuk kopi luwak, sejenis kopi khas Indonesia dan dikenal sebagai kopi termahal di dunia, telah menurun sejak tahun 2013. Kopi luwak adalah jenis kopi yang luar biasa karena dibuat dari biji-biji yang telah melalui sistem pencernaan luwak. Proses produksinya yang padat karya dan kelangkaannya di pasar global menyebabkan harga mahal kopi luwak.
Luwak bisa memilih biji-biji kopi yang paling baik. Kemudian biji-biji ini mengalami proses fermentasi spesial di dalam tubuh luwak namun bijinya terlalu keras untuk dicerna oleh perut luwak. Para penumbuh kopi kemudian mengumpulkan biji-biji kopi di dalam kotoran luwak, membersihkannya dan memanggangnya.
Tradisi ini berawal beberapa dekade lalu ketika luwak (hewan nokturnal) mendatangi perkebunan-perkebunan kopi di malam hari dan memakan biji-biji kopi. Di hari selanjutnya para petani akan mengumpulkan kotoran luwak di perkebunan kopi atau lingkungan sekitarnya.
Meskipun begitu, kopi luwak 'liar' kini telah menjadi jarang. Setelah kopi khas ini terbukti populer di pasar internasional mulai dari tahun 1990an, para petani telah 'mengindustrialisasi' kopi luwak; para penumbuh kopi mengurung luwak di dalam kandang dan memberi mereka biji-biji kopi untuk dimakan. Selama beberapa tahun terakhir semakin banyak media (baik domestik maupun internasional) yang telah memberikan laporan negatif mengenai kopi luwak dan mengklaim bahwa luwak-luwak ini disiksa, dikurung di kandang kecil dan tidak diberi makan yang layak. Binatang ini kena stres karena jauh dari habitat alami luwak. Terlebih lagi, biji kopi seharusnya hanya menjadi makanan sampingan untuk luwak. Saat dikurung luwak-luwak ini sering hanya diberi makan biji kopi dalam rangka mengoptimalkan jumlah biji kopi di dalam kotorannya. Meskipun begitu, ini menyebabkan masalah-masalah kesehatan karena kurangnya protein (di alam liar luwak bisa memakan buah-buahan seperti sawo manila, mangga, rambutan dan juga hewan mamalia kecil serta serangga).
Mulyono Susilo, Ketua AEKI cabang Jawa Tengah, mengatakan bahwa pemberitaan buruk yang disebutkan di atas telah menyebabkan penurunan tajam harga kopi luwak. Sebelumnya satu kilogram kopi luwak dijual Rp 1 juta, kini harganya telah menjadi sekitar Rp 250.000 per kilogram. Dalam rangka mengubah trend ini, AEKI meminta pemerintah Indonesia untuk lebih terlibat dalam industri ini dan memastikan bahwa para petani memperlakukan luwak-luwak dengan lebih baik.
Sumber : http://www.indonesia-investments.com